Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Calon Bupati/Walikota Adu Nasib

Written By Jambi Times on Selasa, 09 April 2013 | 13.38


Kalah Pemilukada, Maju di Pileg
JAMBI – Gagal sukses yang tertunda. Itulah kata-kata yang sering digaung-gaungkan motivator. Kata-kata ini sepertinya mengilhami banyak calon bupati/walikota untuk maju di pemilihan legislatif.
Gagal di pemilukada bupati/walikota, bukan berarti karir politik mereka habis. Tapi mereka tetap berpeluang maju di legislatif. Terlebih pasca keluarnya peraturan KPU Nomor 13 Tahun 2013 yang menyatakan, calon kepala daerah yang tengah bersaing di Pilkada diberi kesempatan untuk maju sebagai calon anggota dewan.
Dalam catatan koran ini ada beberapa nama mantan calon kepala daerah yang maju di pemilu legislatif. Misalnya, mantan Bupati Merangin, Handayani, M Syukur dan Nalim. Mantan calon kepala daerah Tebo Yopi, mantan calon kepala daerah Tanjung Jabung Barat Syafrial, mantan calon kepala daerah Kerinci Ami Taher dan beberapa nama lainnya.
Termasuk juga beberapa Calon Walikota Jambi yang akan bertarung 29 Juni mendatang. Jika kalah sebagian dikabarkan akan maju di Pemilu 2014 mendatang.
Pengamat Politik Jambi, Jafar Ahmad saat dimintai tanggapannya mengatakan, para mantan calon kepala daerah yang maju ke DPR ini mempunyai peluang yang cukup besar.
“Popularitasnya cukup tinggi, mereka punya loyalis, jadi mereka ini besar peluangnya. Mereka diuntungkan dengan popularitas yang cukup panjang mereka bangun waktu mencalon sebagai kepala daerah. Untuk dipilih, modalnya harus popular terlebih dahulu,” katanya.
Meski demikian, menurutnya para mantan calon kepala daerah ini tidak bisa menganggap remeh. Karena lawan-lawannya di Pileg ini juga tidak ringan. Hanya saja mantan calon kepala daerah ini diuntungkan dengan basis yang ia miliki.
“Contohnya seperti Nalim atau Syafrial, mereka ini punya basis masa masing-masing yang suaranya cukup signifikan,” ujarnya.
Soal kost politik yang harus mereka keluarkan, ini tergantung dengan lawan-lawannya. Jika lawannya sangat berat, maka kostnya juga akan besar. Tidak semata-mata karena mereka popular masyarakat akan memilih.
“Popular belum tentu dipilih, tapi itu sebagai modal. Untuk popular ini tidak mudah, perlu usaha yang besar dan kost yang besar juga,” jelasnya.
Sedangkan untuk para mantan calon kepala daerah yang bertarung beberapa waktu lalu, meski sudah lama mereka juga mempunyai peluang yang cukup besar. Karena generasi pemilih ini belum berganti.
“Yang bertarung tiga atau empat bahkan lima tahun yang lalu, ini juga cukup berpeluang, generasi pemilih ini masih generasi lama. Ingatan public masih cukup kuat dengan para mantan calon kepala daerah tersebut,” tuturnya.
Menurutnya, generasi pemilih itu baru akan bertukar setelah masa Pilkada yang diikuti oleh para mantan calon kepala daerah yang akan nyaleg tersebut berlansung puluhan tahun yang lalu. Kemudian para mantan calon kepala daerah ini juga harus bisa memenuhi harapan yang diinginkan pemilih.
“Masyarakat selalu memiliki harapan kepada calon, harapan ini macam-macam. Bagi pemilih tradisional itu harapannya mungkin harapan dalam jangka pendek. Misalnya factor etnis atau kekeluargaan, uang atau atau barang yang ditukarkan dengan pilihan mereka,” tandasnya.
Sementara itu, Nasuhaidi, Pengamat Politik Jambi lainnya juga senada dengan Jafar Ahmad. Menurutnya peluang para mantan calon kepala daerah ini terbuka lebar, karena mereka sangat popular.
“Semasa kampanye menjadi calon kepala daerah, masyarakat luas sudah banyak mengenal mereka. Sosialisasinya sudah maksimal sebelum maju sebagai Caleg, jadi saat maju sebagai Caleg nanti tinggal memoles saja,” ujarnya.
Sedangkan bagi yang hanya maju menjadi Caleg, mereka baru mulai bergerak untuk meraih simpati masyarakat. Jadi harus bekerja ekstra keras.
“Popularitas mereka tinggi, kemudian secara emosional tidak memberontak, bisa legowo saat kalah Pilkada, ini bisa menarik simpati masyarakat. Jadi orang-orang yang mantan calon kepala daerah lebih berpotensi untuk duduk,” katanya.
“Jadi kost mantan calon kepala daerah ini relative lebih murah, lebih ringan kerjanya. Tinggal melakukan pencitraan, jaga image di tengah masyarakat. Kalau sudah popular dan emosinya bagus, pandai menjaga citra dimasyarakat saya yakin mereka akan duduk,” sambungnya.
Ditambahkannya, meski tidak dipilih saat maju di Pilkada, tidak menutup kemungkinan mereka akan dipilih saat maju sebagai Caleg ini. Orang akan membedakan kapasitasnya maju sebagai calon kepala daerah dan calon legislative.
Namun menurutnya, bagi calon kepala daerah yang telah lama bertarung, jika tidak eksis di tengah public mereka akan bekerja keras kembali seperti Caleg lainnya.
“Bagi seorang politisi, harus pintar menjaga ritme hubungan dengan masyarakat dalam kondisi kalah maupun menang. Kalau mereka tidak demikian, harus kerja keras karena selama ini basis mereka digarap oleh banyak politisi dan partai lainnya yang terus bermunculan. Harus pintar jaga konstituen,” jelasnya.
Termasuk bagi yang masih popular, ini menurutnya juga tidak menjamin mereka akan dipilih. Tergantung bagaimana menggarap, membangun citra baik ditengah masyarakat.
Terpisah, salah satu mantan calon kepala daerah yang pernah bertarung, seperti Handayani juga tidak menampik dirinya akan maju sebagai wakil rakyat di Senayan.
“Ada rencana untuk maju ke DPR RI. Insyaallah saya akan maju kesana (DPR RI, red),” katanya.
Bahkan ia mengaku saat ini terus melakukan komunikasi dengan tim-tim keluarga saat maju di Pilkada Merangin 25 Maret lalu. “Kita ini hanya ada tim keluarga, tim keluarga ini juga nanti yang bergerak. Mudah-mudahan keluarga kita bisa bantu kita nanti,” ujarnya.
Ami Taher yang pernah maju di Pilkada Kerincin sebelumnya juga demikian. Namun ia masih enggan memastikan apakah akan maju ke Senayan atau tidak, menurutnya tergantung dengan arahan partai tempat ia bernaung.
“Sekarang saya masih konsentrasi untuk maju Pilkada Kerinci mendatang, tapi ini saya serahkan kepada partai. Maju di Pilkada atau ke DPR, itu amanah partai dan saya siap,” tukasnya.

0 komentar:

Posting Komentar